Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Membaca Sejarah

12 April 2020   22:10 Diperbarui: 12 April 2020   22:01 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.pexels.com

Mungkin ini semua kelak. Hanya akan menjadi timbunan buku-buku sejarah yang rusak. Di ruang perpustakaan digital, yang menganggap peradaban telah gagal. Menjaga dirinya, dari kerasukan yang begitu binal lantas mempersilahkan siapapun menjadi jagal.

Zaman adalah almanak yang dibolak-balik sekehendaknya. Pada angka yang itu-itu saja. Seperti bagaimana manusia memperlakukan jiwanya sebagai budak belian. Tapi menganggap dirinya adalah yang dipertuan.

Ingatan dengan mudah bisa melupakan. Tidak seperti lupa yang sangat sulit untuk diingatkan. Bumi seharusnya tidak dijadikan keranda. Begitu pula langit yang sering diperlakukan semena-mena sebagai pusara.

Pada saatnya nanti. Membaca sejarah harus dari kedalaman hati. Bukan lagi sekedar menjadi mata ajaran. Namun juga dipergunakan sebagai pelajaran.

Apabila bumi berhenti melayani. Dan langit tak mau lagi melindungi. Lantas apakah kita semua adalah spesies sakti yang bisa kalis dari mati?

Bogor, 12 April 2020
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun