Pernahkah kau mendengar, apa yang dibisikkan gerimis, saat telingamu sedang disekap kemarau, dan hatimu dibekap setangkup cemas? Atas beberapa perkara, yang musim mungkin adalah salah satunya?
Dengarkan baik-baik. Bagaimana hujan berdialektika. Dalam perpaduan antara, mendung suram dan romantisme gamang. Ia pasti memberitahumu. Lewat nota-nota lagu.
Dengarkan juga. Ketika hujan merubah dirinya. Sebagai perawan. Mengajakmu ke pelaminan. Lalu menyimak alunan gamelan. Dengan tembang-tembang yang berusaha mengenang ingatan. Tapi lupa di mana letak gambang dan bonang.
Hujan. Bagaimanapun juga. Akan selalu berdialektika. Agar kita tak benar-benar jatuh di kedalaman amnesia. Lantas kehabisan rindu dan kehilangan cinta.
Karena tentu saja. Di setiap pesan yang diunggah pada setiap rintiknya. Adalah segunung rindu dan sesamudera cinta.
Buktikan saja.
Bogor, 10 April 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H