"So, kita belok?" pertanyaan lagi dari Mister Bob meminta pertimbangan.
Adisa dan Essien saling berpandangan. Tatap mata mereka terlihat sepakat. Dan secara serentak keduanya memandang orang keempat di ruangan itu yang sedari tadi hanya berdiam diri. Kepala survey yang merupakan orang asli Kongo beretnis Azande bernama Fabumi.
"Maaf saya ikut campur bicara tuan-tuan. Memang potensi kayu di daerah tersebut luar biasa besar dan sangat menguntungkan bagi perusahaan. Namun perlu diingat bahwa daerah itu berada di seberang sungai dan dekat sekali dengan Cuvette. Area yang sangat dilindungi oleh pemerintah. Dan juga dunia internasional karena merupakan salah satu tempat penyimpanan karbon terbesar di dunia."
Suasana kembali hening. Berurusan dengan pemerintah cukup mudah bagi Mister Bob. Tapi kalau dunia internasional sudah merekognisi tempat yang sangat potensial tersebut, itu artinya sinyal bahaya bagi perusahaan. Tapi 100 meter kubik per hektar seluas 10 ribu hektar? Ah! What the hell!
"Kita mulai lewat tengah saja. Pinggir sungai biarkan agar tak nampak. Persiapkan ponton untuk menyeberangkan alat Adisa! Kita mulai besok!" sebuah keputusan dibuat.
Fabumi hanya bisa termangu dengan pikiran masgul. Bukan hanya masalah Cuvette sebenarnya. Tapi wilayah itu adalah tempat suku primitif Pygmi mencari makan di hutan. Kemana lagi mereka harus pergi jika tempat hidup mereka digunduli? Apalagi di lansekap seberang sungai tersebut terdapat habitat pohon langka Afrika yang disebut Afrormosia.
Fabumi merasa seluruh otot-otot tubuhnya lemas. Seharusnya anak buahnya tadi tidak melaporkan data yang sebenarnya kepada Adisa. Uh!
Sesuai dengan perintah Mister Bob, keesokan harinya terjadi mobilisasi besar-besaran alat-alat berat dan pekerja ke hutan seberang sungai yang berjarak kurang lebih 50 km dari basecamp induk ini.
90% alat dan pekerja dipindahkan untuk memulai kerja di sana. Mereka tidak disibukkan dengan membangun camp tempat tinggal karena semua sudah tersedia dalam bentuk camp tarik yang siap dipindahkan kapan saja, di mana saja, dan langsung bisa ditempati.
Hanya butuh 2 hari bagi team berpengalaman Mister Bob untuk menyelesaikan fase persiapan.
Keesokan harinya lagi alat-alat berat sudah meraung-raung memasuki kawasan hutan lebat itu. Karena penasaran, Mister Bob, Adisa, dan Essien ikut masuk ke dalam hutan.