Dahulu sekali
kita pernah menganiaya sunyi
dengan mengabaikan banyak percakapan
lalu tenggelam begitu dalam
di bangunan frasa
sebeku puncak Chomolungma
Kita memutuskan, tidak melarikan diri
namun berjalan, saling memunggungi
tanpa berani, melambaikan tangan
karena itu berarti perpisahan
sedangkan kita, sedang merangkai pertemuan
di halte bus kota, yang belum ada
atau di stasiun kereta,
yang kita belum pernah duduk di peronnya
Penyesalan datang, selalu setelah badai
tidak pada saat, angin sedang melandai
karena kita diciptakan, begitu mulia
sehingga menjadi bodoh, tiada tara
Kita lantas, dipertemukan kembali
di tapal batas, tempat para penyintas
mencoba bertahan
dari sergapan
rasa dingin, pada musim kemarau
dan kegerahan, di musim penghujan
Dahulu kala
adalah masa-masa
ketika ingatan kembali berkuasa
di ruang-ruang benak
yang kehabisan kata-kata
karena percakapan
ternyata mudah saja menghilang
dilanun oleh waktu senggang
yang diciptakan secara sempurna
oleh pikiran yang terbata-bata
Bogor, 3 April 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H