Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Drama Realita dari Dunia Fiksi

1 April 2020   20:29 Diperbarui: 1 April 2020   20:24 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://cdn.pixabay.com

Kita berada dalam pusaran
di antara kemunculan kembali
bintang-bintang yang kemarin nyaris mati
dan mendung hitam yang tiba-tiba melenyap
di tengah hembusan udara senyap

Aku mencoba menggambar langit
dengan birunya rindu
sementara kau sibuk mencumbui waktu
dan berbincang dengan masa lalu
lalu menanyakan kabar kedaluarsa
mengenai kisah cinta
Rahwana dan Dewi Shinta

Mungkin ada baiknya
kita pergi menonton sendratari
duduk paling depan
untuk menyaksikan masa silam
saling berlaga, bercinta, dan bersandiwara
antara para durjana, pecinta, dan pelakon drama
sampai akhirnya kita benar-benar paham
untuk tidak membicarakan keadilan
jika masih bisa disembunyikan
dalam kegelapan

Meski beberapa orang
seperti kita
percaya bahwa keadilan memang buta
tapi bisa melihat dalam kegelapan

Sebuah kalimat ajaib yang pernah kita dapatkan
dari sebuah drama
di televisi,
sementara kita sendiri
sebagian besarnya hanya bisa tertawa
di dunia fiksi

Bogor, 1 April 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun