Almanak terus berjatuhan. Di ruang-ruang lengang yang melahirkan rupa-rupa kegelisahan. Banyak mimpi yang tertunda. Karena memejamkan mata, sama seperti mendatangi kediaman Batara Kala.
Orang-orang yang sempat tertidur, berjalan dalam tidurnya. Mengembarai tempat-tempat yang belum diketahui. Menjumpai beberapa peristiwa yang belum dimaknai.
Orang-orang yang terus terjaga, terperangkap di ceruk berita. Bukan lagi tentang kabar buruk yang murung. Akan tetapi sudah sampai pada kabar burung yang buruk.
Bulan April ketika hujan masih mencari jalan pulang. Mengintip di sela-sela mata, para pendulang yang disediakan waktu senggang. Untuk menatap langit yang nampak baik-baik saja. Meski sesungguhnya sangat terluka.
Bulan Maret nyaris terjatuh. Berkisah tentang beberapa perkara yang belum ada kesudahannya. Saat semua memutuskan bersembunyi. Menghindari keramaian. Lantas kehabisan percakapan.
Sajak ini dibuat bagi siapa saja yang merasa berduka. Atas almanak yang terus saja berganti lembarannya. Namun tak pernah sama sekali kehilangan cinta.
Bogor, 31 Maret 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H