Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Almanak Berjatuhan

31 Maret 2020   06:56 Diperbarui: 31 Maret 2020   06:51 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Almanak terus berjatuhan. Di ruang-ruang lengang yang melahirkan rupa-rupa kegelisahan. Banyak mimpi yang tertunda. Karena memejamkan mata, sama seperti mendatangi kediaman Batara Kala.

Orang-orang yang sempat tertidur, berjalan dalam tidurnya. Mengembarai tempat-tempat yang belum diketahui. Menjumpai beberapa peristiwa yang belum dimaknai.

Orang-orang yang terus terjaga, terperangkap di ceruk berita. Bukan lagi tentang kabar buruk yang murung. Akan tetapi sudah sampai pada kabar burung yang buruk.

Bulan April ketika hujan masih mencari jalan pulang. Mengintip di sela-sela mata, para pendulang yang disediakan waktu senggang. Untuk menatap langit yang nampak baik-baik saja. Meski sesungguhnya sangat terluka.

Bulan Maret nyaris terjatuh. Berkisah tentang beberapa perkara yang belum ada kesudahannya. Saat semua memutuskan bersembunyi. Menghindari keramaian. Lantas kehabisan percakapan.

Sajak ini dibuat bagi siapa saja yang merasa berduka. Atas almanak yang terus saja berganti lembarannya. Namun tak pernah sama sekali kehilangan cinta.

Bogor, 31 Maret 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun