Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Drama Kecil Langit dan Bumi

26 Maret 2020   07:22 Diperbarui: 26 Maret 2020   07:14 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku berhutang pada sepi
untuk memberinya sedikit keramaian
atas burung-burung penyanyi
yang membebat paruhnya
demi ikut berbela sungkawa
terhadap dunia
tapi tidak untuk segala isinya
yang seringkali berbuat celaka
dan sangat pintar mengingkarinya

Sudah lama aku
menjadikan kesepian
sebagai hasil jarahan
lalu mengemasnya diam-diam
untuk persediaan musim hujan
yang selalu saja gaduh
dalam arus pengetahuan yang lumpuh

Wabah yang sedang terjadi
adalah konspirasi
antara jendela langit yang terluka
dan bumi yang habis-habisan dianiaya
atas nama peradaban
dalam skala industri
termasuk dengan telah ditemukannya
cara-cara terbaik menyakiti cuaca

Pandemi ini
bagian kecil dari drama
ketika langit dan bumi
saling berbisik, lantas bertabik
di antara kesakitannya
yang nyaris mencapai batas murka
dengan mengembalikan sepi
ke tempatnya semula

Bogor, 26 Maret 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun