Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Cuaca yang Berharakiri

24 Maret 2020   17:52 Diperbarui: 24 Maret 2020   17:55 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hujan sore ini
dipenuhi pesan-pesan keras
melalui langit yang sedikit beringas
"berhentilah cemas, karena kau sesungguhnya masih berada dalam batas-batas para penyintas!"

Pada setiap lingkaran hujan
terdapat kata-kata
yang dijadikan daftar pustaka
bagi para pujangga
yang menemukan diri mereka
berada di antara celah
antara keyakinan, dan kemungkinan

Yakin bahwa sejarah sedang dituliskan
atas beberapa kemungkinan genosida
terhadap rasa tak peduli
yang sekarang jamak dikuasai
oleh teknologi

Yakin atas segala kuasaNya
yang membuat ini semua
sebagai peringatan
kepada manusia
akan kemungkinan predasi
dari bumi yang terus dianiaya, dan disakiti

Yakin terhadap ramalan
tentang keseimbangan
atas neraca yang terguncang
karena terlalunya banyaknya
kemungkinan jalang
dari pikiran kita, yang terus saja
mengatas namakan peradaban
tapi lupa beradab
lantas menjadi biadab
dan bermata gelap

Hujan sore ini
mungkin adalah cuaca yang sedang berharakiri
lalu membunuh mati
keinginannya sendiri

Bogor, 24 Maret 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun