Pada suatu pagi yang memunculkan sebuah senyuman untuk sarapan, matahari yang baru terbit adalah ceplok telor yang sempurna. Terhidang di atas piring kaca, sekaligus tempat bercermin agar tak jatuh dalam episode hari yang bermuram durja.
Sisa-sisa hujan semalam, berpawai di pucuk dedaunan. Menampilkan atraksi yang diharapkan bisa menggugah kegembiraan. Setelah beberapa lama udara dikurung aroma kesedihan.
Kata orang, bumi sedang membersihkan diri dari kepedihan lama. Kataku, bumi hanya mencoba mengembalikan keseimbangan secara sederhana.
Kaki langit menjadi kamera yang menyorot dari segala sudut. Membiaskan rona-rona gembira pada segala hal yang berbau luput.
Ini bukan filosofi yang mengabstraksi kejadian. Tapi secuil keyakinan yang dibangun dari puing-puing kecemasan.
Agar orang-orang kembali mengenali kegelapan dan cahaya. Tidak salah satunya saja. Atau bahkan sama sekali tidak mengenali keduanya.
Bogor, 21 Maret 2020
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI