Apa yang kau pikirkan ketika cahaya matahari menjatuhi ubun-ubun kepala namun kau justru merasakan gigil yang mendinginkan kepatuhanmu terhadap kehangatan?
Di situ barangkali kau sedang berada di dalam wilayah yang tak punya batas jelas antara perhentian para penyintas dan persinggahan para perundung yang beringas.
Atau bisa juga kau berada di tengah musim dingin yang tiba-tiba pindah ke negeri ini karena bosan berdiam di negeri yang jarang mengenal matahari di pagi hari.
Lalu di mana kau akan mencari kehangatan yang sanggup menyudahi ruang-ruang hatimu yang nyaris menyerupai guguran salju?
Itulah kuasa masa lalu!
Ia sanggup merantai jaringan cerebrum pada isi kepalamu ke dalam kilas balik yang berulang-ulang bahkan meski kau sudah memaksakan untuk selalu melihat ke depan dan melupakan halaman belakang.
Ia juga mampu menggiring hipotalamus yang paling tersembunyi ke tepian keinginan yang paling sunyi dan mematikan. Tidak berupa kematian. Hanya saja kau tidur, makan, dan berjalan dalam kekosongan tatapan.
Kau jelas-jelas dirundung oleh masa silam yang berbahaya. Berhentilah berkata-kata dan mulailah membaca sajak-sajak cinta. Agar kau terlepas dari kenangan yang menyengat semenyakitkan Marabunta.
Jakarta, 14 Maret 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H