Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi Milik Sandyakala

7 Maret 2020   18:07 Diperbarui: 7 Maret 2020   18:09 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.pexels.com

Puisi kali ini
akan menjadi milik sandyakala
bila memang aku bisa menemukan
setajam apa warnanya
bisa membelalakkan biji mata

Aku akan membawa majas
yang aku pindai dari tatapan, para penyintas
yang berhasil lolos dari
jerangan matahari
siang tadi

Pada setiap kalimat
aku akan menuliskannya
dengan ketelitian, seorang ahli
penerjemah mimpi
sehingga kau tak perlu lagi
bertanya kepada dinihari
apa arti sebuah romantisme
atau bagaimana terjadinya kolase

Pada bait-baitnya
aku akan memberi rima
seperti warna-warni bunga
melati, untuk rasa yang dikoyak sepi
mawar, bagi jiwa yang terbakar
kemuning, pada keramaian yang hening
kamboja, teruntuk pasal-pasal kematian
dan kenanga, atas nama upacara pemakaman hujan

Tentu saja
ini bukan puisi yang pedih
karena kesedihan hanya ada
di buku-buku yang terbuka
saat masa silam
melupakan kenangannya

Bogor, 7 Maret 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun