Puisi kali ini
akan menjadi milik sandyakala
bila memang aku bisa menemukan
setajam apa warnanya
bisa membelalakkan biji mata
Aku akan membawa majas
yang aku pindai dari tatapan, para penyintas
yang berhasil lolos dari
jerangan matahari
siang tadi
Pada setiap kalimat
aku akan menuliskannya
dengan ketelitian, seorang ahli
penerjemah mimpi
sehingga kau tak perlu lagi
bertanya kepada dinihari
apa arti sebuah romantisme
atau bagaimana terjadinya kolase
Pada bait-baitnya
aku akan memberi rima
seperti warna-warni bunga
melati, untuk rasa yang dikoyak sepi
mawar, bagi jiwa yang terbakar
kemuning, pada keramaian yang hening
kamboja, teruntuk pasal-pasal kematian
dan kenanga, atas nama upacara pemakaman hujan
Tentu saja
ini bukan puisi yang pedih
karena kesedihan hanya ada
di buku-buku yang terbuka
saat masa silam
melupakan kenangannya
Bogor, 7 Maret 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H