Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Secangkir Kopi

6 Maret 2020   20:14 Diperbarui: 6 Maret 2020   20:18 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.pexels.com

Pada secangkir kopi
aku menyerahkan aromanya
merebahi semua kelelahan
yang sekarang menjalari sekujur urat syaraf
seperti cengkeraman tangan-tangan kegelapan
di tubuh malam

Di sesapan pertama
aku melepaskan helaan nafas panjang
seperti hembusan angin buritan
yang mendorong perahu nelayan
maju mengendarai puncak gelombang
menuju pucuk samudera
di mana semua ketenangan
berkumpul di sana

Dalam kepahitan rasanya
aku belajar cara terbaik
membedakan antara gula yang manis
dengan balam yang romantis
di antara pawai gerimis
yang membawa serta keramaian
namun benar-benar kehabisan percakapan

Saat sesapan pamungkas
aku seperti menemukan berkas
masa lalu yang belum sepenuhnya terbebas
dari penjara-penjara yang dibangun
menyerupai alcatraz
oleh sel-sel ingatan
yang membelah diri
dalam bentuknya yang paling sunyi

Bogor, 6 Maret 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun