Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Pemakaman Kopi, Senja, dan Hujan

2 Maret 2020   17:08 Diperbarui: 2 Maret 2020   17:05 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://majalah.ottencoffee.co.id

Aku mendengarkan lagu sendu
di sebuah kedai kopi
yang cemas tidak kedatangan pembeli
karena baru saja datang berita
bahwa musim bunga kopi telah berakhir
digantikan ledakan bunga kamboja
sebab banyak upacara pemakaman
atas kematian demi kematian

Aku menyaksikan langit hari ini
akan kehilangan senja sore nanti
mendung hitam bergelimpangan
seperti korban-korban kalah perang
menunggu terompet sangkakala
ditiup sebagai tanda
bahwa senja sementara, akan menjadi anumerta

Aku sedikit khawatir
hujan akan kehilangan
ruh dan tubuh
sebab rahasia besar terlanjur diruntuhkan
atas perkara kematian hujan
yang telah diramalkan, akan terjadi
tak lama lagi
begitu langit habis-habisan dianiaya
oleh hati dan mata
yang kehilangan cinta

Jakarta, 2 Maret 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun