Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Menulis Apa Saja yang Penting Kamu tak Patah Hati

29 Februari 2020   12:39 Diperbarui: 29 Februari 2020   12:40 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.pexels.com

Sebenarnya aku ingin menulis cerpen yang bisa memporak-porandakan tatanan norma. Yaitu dengan menampilkan seorang wanita yang patah hati lalu membunuhi kunang-kunang yang mengerubungi retina matanya.

Tapi aku tak bisa. Aku lelaki yang dilahirkan dalam seni romansa. Tak mungkin aku menjadi herbivora yang tiba-tiba memangsa hyena.

Aku beralih pada keinginan menulis novel yang sejak mulanya bercerita tentang bahagia dan di akhirnya berjumpa dengan keping-keping marabahaya yang menyeret tokohnya menjadi sandyakala. Atau menjadi hujan yang disertai petir pada setiap seringainya.

Tetap saja aku tak bisa. Bahagia adalah frasa absurd yang sulit dicari. Aku tak mungkin membiarkan para pembacaku bunuh diri hanya karena tersedak ular beludak di akhir cerita yang bukan tentang harakiri.

Lantas aku menuliskan saja puisi-puisi yang berkisah tentang kamu, realita, dan mimpi. Perempuan yang hidup di kelopak anggrek bulan, sering meratapi hujan, dan juga bercita-cita menanam rembulan.

Kali ini aku sanggup melakukannya. Mudah saja. Aku tak ingin kamu patah hati. Lalu tiba-tiba menyuruhku menjadi sosok fiksi.

Bogor, 29 Februari 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun