Saat kabut menuruni lereng gunung
menuju daratan hutan
yang sedang melepas kepergian matahari
dengan melambaikan kedinginan
dari permukaan dedaunan,
pada suatu petang
ketika suara-suara malam
mulai kehilangan konsonan,Â
maka orkestra dibukaÂ
dengan musik tiada duanya.Â
Saat garis pantai meredupÂ
dan cakrawala memudarÂ
dengan sendirinyaÂ
tanpa sedikitpun aba-aba,Â
datanglah gelombangÂ
yang mendidihkan buih putihÂ
mencapai pesisir, lalu menyapaÂ
para nelayan yang melempar jalaÂ
di bibir lautan, yang tak pernahÂ
kehabisan cinta.Â
Lalu kota memadamkan hatinya
dengan menyalakan lampu
di ruang-ruang tunggu
menemani orang-orang yang hendak berangkat
menemui apa saja
yang bisa menjadikannya jatuh cinta,
maka waktu
telah menjalankan tugasnya
secara paripurna,
sebagaimana ia
mengubah replika bubu
menjadi kupu-kupu.
Bogor, 22 Februari 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H