Saatnya berbicara tentang cemara, yang dari kulai daunnya terlihat telah melewati sekian banyak badai. Dan pokok kamboja yang termangu, memandangi tanah basah bekas hujan semalam, di mana bunganya yang gugur, diziarahi oleh kumbang dan kupu-kupu. Satu demi satu.
Pagi bercakap kepada dirinya sendiri. Membiarkan angin yang lewat mulai menerangi jejak matahari. Udara dingin beranjak menyusup pori-pori, beberapa macam bunga yang sulit dilafal namanya. Namun mudah dikenal setelah menyiarkan wanginya.
Langit seperti helai kertas yang sedikit pias. Siap ditulisi apa saja. Terutama filosofi cinta. Bagi siapapun yang pernah merasakan kejatuhannya, maka harus bersiap pula menghadiri pemakamannya.
Beginilah rupa mosaik dunia saat mulai menyapa orang-orang yang baru terjaga maupun insomnia. Disajikan secara utuh di beranda. Tanpa membeda-bedakan. Apakah dia tuan, atau seorang kuli bangunan.
Bogor, 15 Februari 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H