Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Di Jendela Februari, Ada Hujan dan Rasi

14 Februari 2020   11:04 Diperbarui: 14 Februari 2020   21:18 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.pexels.com

Kita pernah bercakap-cakap tentang Februari. Saat itu bulan mengambang di penghujung Agustus. Terik masih coba terus menggantang kerinduan yang nyaris terbakar habis oleh kemarau. Tapi sebagian dari tubuh kita terbuat dari kaktus. Tidak ada alasan untuk hangus.

Kita tidak bisa memaksa hujan untuk berhenti atau menyuruhnya jatuh di saat malam saja, atau memintanya untuk selalu memainkan musik klasik. Terkadang kita harus menerima ketika hujan patah hati lantas memperdengarkan musik blues. Itulah saat langit merasa cintanya telah pupus.

Di bulan Februari yang menyimpan Aquarius sebagai rasi, kita tidak bisa memohon agar tiba-tiba menjadi Gemini. Begitu pula saat melihat gerimis ternyata turun tak habis-habis, kita tidak mungkin meminta semuanya menjadi romantis.

Semua ada waktunya. Semua selalu ada dalam rencana. Entah itu di benak para pendulang makna, maupun di kepala orang-orang yang sedang berusaha jatuh cinta.

Jakarta, 14 Februari 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun