Melewati sebuah musim
dengan angin yang berhembus kencang
mencincang dedaunan
sekaligus mengguncang papan reklame
yang nyaris membusuk tak laku
karena produknya adalah bagaimana
cara mencerahkan muka
di saat hati sedang murka
Jalanan ramai oleh banyak hal
suara klakson yang mirip rengekan
seorang anak yang kehilangan mainan
mencari-cari di sela hiruk pikuk
kota yang menggelinjang,
juga sorot mata lelah
orang-orang yang menunggu malam terjatuh
agar bisa memulung mimpi
dengan leluasa
di keranjang dan gerobak, yang menjadi periuk nasinya
Raut muka baliho dan papan iklan
menggerutu dalam kesepian
sebab harus selalu tersenyum
kepada kerumunan orang
yang jarang sekali mau tertawa
demi pengumuman setengah bohong
yang bisa menguras isi kantong
Jam demi jam
adalah pertarungan,
antara menghirup bau comberan
yang menguar dari luapan selokan,
dan menyesap aroma
trotoar yang basah kehujanan,
sebelum menghenyakkan pantat ngilu
di bangku-bangku
bus dan kereta yang gagu,
menuju pulang
ke tempat-tempat di mana kehangatan
tidak berasal dari api
namun bersumber di kedalaman hati
Jakarta, 11 Februari 2020