Sesungguhnya,
aku mau menjadi tanda baca
memberimu tanda seru
saat kau terburu-buru, meneriaki waktu
yang lupa berpihak kepadamu
tentang bagaimana cara menjadi kupu-kupu
di musim yang berhasil menyudahi masa lalu
Aku juga bisa,
memberimu tanda tanya
ketika kau memandang nanar
melihat rembulan memudar
di sisi langit yang kehabisan bahan bakar
padahal kau hendak mulai membaca
buku-buku yang bercerita
tentang bahasa cinta
malam kepada purnama
Aku tak akan lupa,
untuk memberimu banyak koma
manakala kau harus berhenti sejenak
dari perjalanan melelahkan mengarungi benak
dalam guncangan kerumitan
ketika labirin pikiran
membawamu pada pintu-pintu kekacauan
Dan akhirnya,
aku memberimu titik
tepat saat gerimis terakhir menitik
pada dedaunan
pohon-pohon yang kau tanam
di halaman belakang
tempatmu menyimpan semua yang hilang
dalam kusutnya semak perdu ilalang
Aku menjadi tanda baca,
semata-mata untuk kalimatmu yang tanpa jeda
mencari akhiran
di mana kau bisa berkata perlahan
; aku telah menyelesaikan semua rencana, yang tidak direncanakan
tapi aku mendapatkan kesimpulan, tanpa harus mengingat lagi pendahuluan
Bogor, 8 Februari 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H