Aku bermimpi
di fragmen malam, yang terpecah-pecah
antara langit yang tumpah
dan jeritan sunyi
dari konsonan tanpa bunyi
yang mencari vokalnya
pada setiap nyanyian
yang ditembangkan hujan
Mimpiku hitam putih
seperti film lama, yang lebih bisu
dari batu-batu, tanpa suara
tapi penuh dengan kata-kata
dalam percakapan diam
membicarakan betapa, romantisnya malam
Aku berada di suatu tempat
lahirnya kejora, di rahim ufuk
yang mengandungnya selama, beberapa jam
sama seperti waktu tidurku
yang gelisah
dalam kecemasan berlebihan
apakah pagi nanti
kejoranya mati, lantas
hujannya ikut berhenti
Aku rasa
besok malam, aku akan
merangkai mimpi sendiri
yang sangat berwarna
dengan deretan bianglala, di dalamnya
dan juga banyak skenario, tentang perbincangan
yang tak lagi
kehabisan percakapan
Bogor, 30 Januari 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H