Di saat kau merasa telah menemukan warna langit yang terbaik, memayungi pagimu yang semenjana menjadi demikian parpurna, lalu kau berterimakasih dengan cara menumbuhkan bunga-bunga, di halaman, beranda, dan pikiran, kau sesungguhnya telah tiba di suatu masa di mana cinta ternyata tidak membutuhkan kesempurnaan.
Manakala kau ketinggalan sesi hujan hari ini, karena harus menyelesaikan banyak hal yang tak bisa kau hindari, lalu hatimu berubah menjadi kemarau di musim yang tergenang-genang, sehingga kau menyalakan api yang hanya bisa padam dengan kemarahan, maka kau sebenarnya berada pada wilayah koma yang berbahaya. Dan titik yang kau pinta semakin tenggelam di palung Mariana.
Ketika sepasang merpati terbang tinggi, di udara yang mampat oleh banyak kegelisahan, sementara kabar yang dibawa adalah berita simalakama, antara kau mesti gembira karena patah hati, atau kau harus berpedih lantaran jatuh cinta, maka tak salah lagi jika kau memutuskan menggenggam kecemasan di tangan kiri, dan mengikat kebahagiaan di kedalaman hati. Sedangkan tangan kanan, kau pergunakan untuk mengasah belati.
Jika kemudian kau mentertawakan kedatangan angin yang merontokkan setiap kematian daun mangga, kau anggap itu adalah segmen drama yang biasa saja, lantas kau mengumpulkannya di suatu tempat, berniat membakarnya dalam satu kalimat, maka kau sedang tidak baik-baik saja. Sudah saatnya kau menunggu kedatangan purnama. Dengan kesungguhan seekor serigala alfa.
Bogor, 26 Januari 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H