Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Banyu Langit Ditandur ing Pelataran

8 Januari 2020   21:19 Diperbarui: 8 Januari 2020   21:21 913
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: pexels.com

Tak udari wangine wengi iki
nganggo kembang melati
ben wong-wong sing isih ajeg kesrimpet ngimpi
ndang tangi, mbukak jendela, terus milari janji sing urung digenepi

Tak udani rungkute wengi iki
kalawan banyu langit sing paling keri
ben wong-wong sing isih mrengut amergo ngelak
gorokane kalis soko rasa ngenthak-enthak

Lampu kutho soko kadohan ngejak dolanan geguritan
jarene ono tamu kang arep teko lan nyuwun sisane rembulan
kanggo marasake awak kang keblekan ndalu
sakwise saklawase iki ngeling-eling tresno kang tansah nyaru

Tumedake srengenge wis rodo suwe
ning tak rasakke angete isih tekan seprene
mbok menawa ana siji wae paribasan
kanggo sapa wae kang nandang kasmaran

Tumekane udan kuwi amung jalaran
supoyo tresno tedak ing pelataran

Jakarta, 8 Januari 2020

------

Hujan yang Ditanam di Halaman

Kulepaskan keharuman malam ini
melalui bunga melati
agar orang-orang yang masih terpelanting karena mimpi
segera terjaga, membuka jendela, lalu memenuhi janji yang belum ditepati

Kubasahi keringnya malam yang berbelukar
dengan hujan terakhir yang jatuh tanpa kabar
agar orang-orang tak lagi mengeluh kehausan
terhindar dari tenggorokan yang dipenggal oleh kekacauan

Cahaya lampu kota mengajakku menulis puisi
katanya ada tamu yang akan datang meminta sisa-sisa rembulan mati
untuk menyembuhkan tubuhnya yang dijatuhi malam yang terbakar
setelah selama ini selalu kedatangan cinta yang samar-samar

Pulangnya matahari sudah sedari tadi
tapi hangatnya masih terasa hingga kini
mungkin dibutuhkan satu saja peribahasa
bagi siapa saja yang merasa jatuh cinta;

Datangnya hujan adalah perkara yang direncanakan
agar cinta juga bisa tumbuh subur di halaman depan

Jakarta, 8 Januari 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun