Barangkali malam ini bintang dan kunang-kunang bersekutu dalam diam. Saling berderma titik-titik cahaya agar bisa menyinari koma. Di mata orang-orang yang sedang meneruskan perjalanan. Juga dalam diam.
Keramaian hanya tinggal sebentar di langkan basah sisa hujan. Setelah itu sepi bersurat kepada dirinya sendiri. Bercerita tentang percakapan yang kehabisan tanda baca. Datar tanpa irama.
Di dalam gerbong kereta, wajah-wajah lelah tertunduk menyetubuhi layar. Mencoba melarikan diri dari ketergesaan yang memburu mereka. Tanpa jeda.
Di jalanan yang diruntuhi sedikit cahaya rembulan, orang-orang meniadakan perbincangan. Tak ada gunanya berbicara, jika kata-kata yang keluar adalah vokal tanpa bunyi dan konsonan yang tak hendak mati.
Langit bercadar hitam berusaha keras menyembunyikan sebagian rahasia yang masih belum terbuka. Darimana asal muasal cinta, dan kemana larinya patah hati ketika dunia menyempit seketika.
Dan malam terus berlalu. Membawa serta haru biru orang yang sibuk menyingkirkan rasa ragu. Agar tak menepis keyakinannya pada waktu.
Jakarta, 7 Januari 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H