Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Sederet Tanya bagimu yang Tak Pernah Menjawab

7 Januari 2020   08:40 Diperbarui: 7 Januari 2020   08:45 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.pexels.com

Apa arti sebuah pagi
bagi mereka yang terburu-buru
bahkan tak sempat menalikan tali sepatu
berangkat menjemput pesan
yang kemarin masih disebut harapan

Siapa yang menjadi pemeran utama
pada lakon hari ini
ketika di tempat kerja
kehilangan secangkir kopi
yang kemarin masih disebut mimpi

Bagaimana meletakkan raut muka
di antara langit yang tak mengenakan maskara
luntur habis-habisan
dibilas air hujan
yang kemarin masih disebut awan

Mengapa ada kosakata cinta
lalu menjelma menjadi sekian banyak naskah drama
dipermainkan turbulensi cuaca
mengguncang nyaris separuh tubuh sunyi
yang kemarin masih disebut patah hati

Kemana hendak pergi
ketika jalanan berlubang-lubang
dan kita kehabisan waktu luang
untuk sekedar mencari jawaban
apa yang kemarin disebut pertanyaan

Jadi, apa itu kamu
kepada siapa aku membingkiskan rindu
lalu bagaimana cara menuliskan taklimat
agar tak ada alasan mengapa terlambat
Menuju kemana alamat yang paling tepat

Bogor, 7 Januari 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun