Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kaleidoskop Cinta

31 Desember 2019   18:57 Diperbarui: 31 Desember 2019   19:00 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.pexels.com

Langit sedang mengumpulkan lautan
di setiap genangan
airmata seorang ibu, yang menangisi anak-anaknya
setelah melihat mereka
bersusah payah mengeringkan hujan
lalu membasahi kemarau
dengan peluh yang tertumpah ruah
pada segenap hari yang begitu lelah

Laut sedang mengumpulkan ingatan
di setiap kenangan
pada seorang anak yang menyusuri jejak kasih sayang
dari ibu yang meminta hujan
agar anaknya tak kehausan
lantas menjerang kemarau
supaya anaknya bisa berlari-lari senang
di halaman

Ingatan terus menerus memutar kilas balik
film hitam putih
yang diputar di bioskop masa kini
tentang masa lalu
ketika seorang ibu
dan seorang anak
saling mendekap rindu

Kilas balik yang menjadi kaleidoskop
rangkaian peristiwa yang mengharu biru
waktu seorang anak
bersimpuh di pusara tua
tempat ibunya menanam bunga kamboja
di atas haribaannya

Kaleidoskop atas pergantian tahun
namun tidak bagi seorang ibu
atau seorang anak
yang tidak pernah beranjak
dari kelembutan cinta
yang sama sekali tak mengada-ada

Bogor, 31 Desember 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun