Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Tiwikrama tak Sempurna

23 Desember 2019   21:04 Diperbarui: 23 Desember 2019   21:11 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku menginginkan malam yang lain
tidak seperti kemarin
waktu aku memecahkan piring, membentak hening
dan mengaduh tak tahu malu
seperti bunga sepatu
yang kehilangan solnya
lalu hendak berubah menjadi angsoka

Barangkali memang sudah semestinya
aku mematut diri di depan cermin
yang jatuh dari pecahan awan
berupa setempayan hujan.
membawa wajahku dengan enggan
agar tepat di muka genangan

Nyatanya bayangan yang ada
enggan bersirobok muka
mungkin risih
karena wajah yang datang, nampak cukup jalang
dengan alis terangkat
dan sorot mata jahanam

Aku harus segera memakai topeng
yang paling tampan
seperti arjuna, atau sri rama
lalu aku akan mengarang, cerita tentang kebaikan
menebarkannya, seperti benih padi
di sawah-sawah yang, pematangnya belum jadi
kemudian memanennya
dengan seksama
sebagai propaganda, di semua tajuk linimasa

Jadi malam ini,
aku bertiwikrama, menjadi kurcaci
sebab aku merasa
tak sanggup menjadi raksasa
sesempurna rahwana

Bogor, 23 Desember 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun