Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Membunuh Malam dengan Sajak-sajak Tajam

15 Desember 2019   05:55 Diperbarui: 15 Desember 2019   05:54 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.pexels.com

Sosok cemara, dan bunga kamboja
sibuk bercerita tentang hujan
tadi petang;
katanya derasnya melebihi berondongan kata-kata
dari para penyair yang kesepian
lalu membunuh malam
dengan sajak-sajak tajam

Darah yang tertumpah
berupa kegelapan
mengalir di jalan-jalan;
katanya bahkan menaiki trotoar
dan tiang-tiang listrik
sehingga lampu jalanan
berubah warna menjadi tembaga
sebuah pertanda
manakala malam dilukai
maka jerit kesakitannya akan begitu menyayat hati
serupa lolongan serigala
saat kehilangan purnama

Luka yang menganga, setelahnya
menerbitkan dinihari, yang patah hati
membuat sosok cemara, dan bunga kamboja
tak sanggup lagi bercerita
hanya turut berbela sungkawa
atas kematian hujan
beserta musik dan dansa-dansanya

Bogor, 15 Desember 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun