Dari sepasang mata berbeda, yaitu
matahari yang hendak tenggelam
dan rembulan yang dibangkitkan malam, mereka
bersama-sama menyaksikan keramaian
di labirin percakapan
antara orang-orang gelisah
yang menggumam dalam diam
dengan pikirannya sendiri
yang lalu lalang
mencari jalan keluar
dari kecemasan
akan bumi yang mulai padam
setelah cahaya beranjak pergi
mencari spektrumnya yang mati
Lampu-lampu jalanan
menyala sekedarnya, hanya untuk
mengadakan upacara penghormatan
bagi orang-orang
yang baru pulang, setelah
seharian melepas kegeraman
kepada dinding-dinding kota, yang menganiaya
keinginan yang sempurna, menjadi
keping-keping kelelahan
sampai tetes keringat terakhir
dengan alasan-alasan sumir
tentang takdir
Sepasang matamu
kali ini, mencoba meniru matahari
padahal kemarin
menyerupai rembulan
mungkin esok petang, kau mau
menjadi lampu jalanan
sehingga bisa menyaksikan keramaian
yang sengaja membisu
sekaligus melihat kegaguan
yang mengucap kata beribu-ribu
tentang rindu
kepada Yang Satu
Kutai, 4 Desember 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H