Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Tubuh Puisi yang Terpenggal Batang Lehernya

3 Desember 2019   05:06 Diperbarui: 3 Desember 2019   05:06 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://cdn.pixabay.com

Aku secemas tanda baca yang tak bisa menemui kalimatnya. Sekhawatir deretan koma yang berlalu-lalang mencari titiknya. Dengan berdiri di sini, di pinggiran telaga yang sunyi. Menunggu kepastian kau tiba bersama pagi. Aku, adalah sepotong janji yang belum ditepati.

Dulu kau memang berjanji menjadi matahari. Bagi kesenyapan malam yang menyekapku dalam dinginnya mimpi. Kau bilang tunggulah, aku akan tiba tepat sesaat sebelum permukaan tanah bisa dibaca. Aku akan mengelusmu dengan cahaya.

Pagi sudah meremang dengan gamang. Titik-titik embun berjatuhan seperti pasukan kalah perang. Namun kau belum juga tiba. Bahkan ketika burung penyanyi mulai diam dan lampu jalanan telah padam.

Mungkin kau terlambat karena salah alamat. Aku ada di hutan dan kau menuju lautan. Kau mengira aku tenggelam dan aku menduga kau mengendarai pepohonan. Kita tak akan bertemu. Sekalipun dunia menyempit seperti sepotong batu. Kita masing-masing diperangkap oleh waktu.

Kali ini, aku secemas secarik kertas yang terkulai di meja sarapan menunggu jamuan kata-kata. Sekhawatir tanda tanya yang mulai bertanya-tanya kapan bisa menemukan jawabannya. Dengan terpaku di sana, di rak-rak almari yang kehabisan nyawa. Aku, adalah tubuh puisi yang terpenggal batang lehernya.

Berau, 3 Desember 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun