Dalam senyap, aku melenyap. Melebur dalam partikel hujan yang lupa jalan. Seharusnya mengurai kekeringan, namun malah memuai dalam kegelapan.
Aku menjadi senja bagi pagimu yang lupa segalanya. Entah itu kepada embun yang matanya berkaca-kaca, maupun terhadap siluet tipis cahaya matahari di garis cakrawala.
Aku menjadi kepundan bagi lavamu yang diam. Menunggu saatnya berbincang dalam replika kemarahan. Lalu meledakkannya dalam serpihan waktu. Hingga kita sama-sama digulung kehangusan abu.
Senyap dan diam adalah pilihan. Aku yang terbungkam dan kau yang memutuskan untuk sekelam malam. Kita, adalah sepasang arca. Di pintu masuk percakapan tanpa kata-kata.
Aku menjadi situs dari dirimu yang menjadi korpus. Kita lantas tenggelam dalam ribuan turus.
Velox et Exactus.
Kutai Timur, 1 Desember 2019
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI