Sepotong kegelapan
hinggap di rumpun malam, yang ditumbuhkan
oleh orang-orang tidur, dengan mulut menganga
menghadap arah timur
agar esok pagi, bisa menangkap matahari
dan seketika itu juga
melahapnya
Sejumput mimpi
ditiup angin yang lamban
melantai dan berdansa
di atas rerumputan,
yang ditumbuhkan oleh penjaga
gudang-gudang kosong, yang tadi siang masih penuh harapan
dari orang-orang yang menyimpan segala sesuatu
di kepalan tangannya yang kaku, serta bibirnya yang kelu
dan ingin tersenyum
tapi tidak diperkenankan masa lalu
Setitik hujan
tertinggal di ujung gang
di halaman belakang kota
yang ditumbuhkan oleh keramaian
sementara sepi, menenggak minuman terakhir
dari bersloki-sloki takdir
di atas tikar yang belum selesai ditenun
namun jeraminya habis dilanun
sekawanan burung pipit yang mencari
beberapa butir padi
di sawah-sawah yang habis disiangi
tadi pagi
Sepasang mata
menghitung jumlah kenangan
yang ditumbuhkan langit-langit kamar
dan dinding yang buram
sementara jam yang mati, di pelukannya
tetap memperlihatkan angka
di mana ia berjibaku dengan masa
ketika wajah dunia, masih bergembira
dan kini berganti
menjadi raut muka
dengan kerutan berbahaya
Jakarta, 29 November 2019