Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Epos dan Hikayat yang Dipelintir Frasa

26 November 2019   21:35 Diperbarui: 27 November 2019   05:51 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika aku epos Mahabarata, aku akan memanggil Pandawa ke padang kurusetra, untuk melihat lubang-lubang pemakaman yang belum sama sekali digali. Agar mereka paham bahwa bumipun akan ikut terluka karena sebuah peperangan.

Aku juga akan mengundang Kurawa untuk menyaksikan, calon-calon jenazah yang belum bergelimpangan. Aku mau mereka tahu bahwa kematian bukanlah ajang permainan. Ada yang seharusnya mati di tempat tidur, namun karena perang akhirnya harus gugur di kubangan lumpur.

Apabila aku hikayat Ramayana, aku akan meminta Rama agar merelakan Dewi Shinta, ketika Rahwana dengan gagah berani menculiknya. Mungkin ada cinta murni yang tak terkatakan. Dari wajah raksasa yang mengerikan. Atau barangkali ada kasih sedalam lautan yang tak terucapkan. Dari sosok buruk rupa yang menyimpan kesedihan.

Aku juga akan membawa Dewi Shinta berjalan-jalan mengelilingi taman-taman Alengkadiraja. Aku ingin menunjukkan kepadanya bahwa lebih baik memilih sekeping hati yang siap untuk terluka, daripada utuhnya hati yang kehilangan setetes darahpun tak rela. Hanya mengutus Hanoman. seorang pemberani yang dipaksa membuat ontran-ontran.

Semua itu tentang epos dan hikayat yang menyayat-yayat. Di saat kita semua jatuh dalam kepatuhan tanpa syarat. Terhadap cerita mengenai langit yang runtuh. Atau lautan yang tak lama lagi rusuh.

Padahal jauh di ufuk, matahari sayup-sayup membuka pintu langit yang baik-baik saja. Di tepi garis samudera yang tak kurang suatu apa.

Jakarta, 26 November 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun