Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Negeri Berwajah Gelisah

24 November 2019   18:51 Diperbarui: 24 November 2019   18:59 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tingkat kegelisahan tertinggi
para politisi membenarkan potong leher dan sayat urat nadi
demi partai, golongan, dan aliran
demi andai, kekuasaan, dan keuntungan

Kedaulatan kemudian digadaikan dengan harga miring
semurah satu lusin piring
atau beberapa potong daging kambing
atas nama trias politika yang mendekati sinting

Ketika jelata yang tidak tahu apa-apa
ikut menggadaikan harga dirinya
demi partai, golongan, dan aliran
demi badai, ratapan, dan kesengsaraan
kemudian,
para politisi berdiri di garis paling depan
menyambut mereka dengan gemuruh tepuk tangan
inilah dia proletar yang pahlawan!
sungguh kesiangan!

Negeri ini memang masih milik sendiri
tapi sudah tak punya lagi garis demarkasi
para penghuni di dalamnya
menjadi pesuruh dengan label tuan di dada
dari tangan-tangan tak terlihat
yang datang bersama hujan dan malaikat
di atas tanah gersang yang mesti ditumbuhkan
di bawah langit usang yang bertambal-tambalan
lalu,
para mata-mata berbahaya terbahak tertawa
mengelilingi meja tempat sarapan yang penuh dengan makanan dan dupa
kali ini menjajah tak perlu lagi memakai pucuk senapan
cukup dengan uluran tangan dan terkutuknya tatapan
di belakang!
di wilayah-wilayah tak kelihatan!

Bogor, 24 November 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun