Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lamunan yang Dilanun Sarang Laba-laba

22 November 2019   15:01 Diperbarui: 22 November 2019   15:07 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://cdn.pixabay.com

Dari sederetan buku
di rak-rak yang dianyam sarang
laba-laba kesepian
aku mencari judul yang tidak pernah dituliskan
oleh pengarang yang nama belakangnya
sangat terkenal, karena seringkali gagal
mencari judul yang tepat, karena selalu salah alamat
dalam menemukan kata-kata paling duafa
agar sanggup menghentikan airmata, atau juga
mengenyahkan ratapan yang ngayawara
dan seringkali cuma bisa meniru
metamorfosa kupu-kupu
sebagai perumpamaan terbaik melihat fase waktu

Aku menemukannya, tanpa sengaja
di sudut yang tak dijaga
oleh perangkap laba-laba
tapi aku harus berjibaku dengan debu, mirip dengan
perjuangan Jugun Ianfu
saat terbaring tak berdaya
di wilayah-wilayah berbahaya
sembari bersimbah airmata
di ranjang reyot yang berkali-kali menghancurkan hati
harga diri dan keseluruhan mimpi

Aku membacanya
hanya untuk ternganga
ini bukan puisi, tapi rangkaian kata paling sunyi
dari penyair yang terlalu sering membiarkan rembulan
mematahkan hatinya yang rawan
ini bukan sajak, namun jalinan bait paling beronak
dari penulis yang hatinya disandera savana
lalu lintang pukang diburu kawanan Hyena
ini bukan roman, tapi segulungan kenangan
dari lelaki yang merelakan hatinya menjadi tawanan
kepada perempuan yang belum pernah dia menangkan

Aku akhirnya menyimpan buku yang habis kubaca
dalam tempo tak lebih lama dari berkaca
di cermin yang dibelah cuaca
hujan yang menjadi alasan untuk berteduh
dan kemarau yang menjadikan sloki minumannya tak perlu diseduh

Buku itu berada pada jajaran teratas
agar kelak mudah dicari saat berada di tapal batas
antara keyakinan yang terkoyak habis
dan harapan yang tergeletak manis
di rak-rak yang ditenun oleh lamunan
dari laba-laba yang sarangnya putus berantakan

Jakarta, 22 November 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun