Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kunang-kunang di Padang Ilalang

10 November 2019   07:27 Diperbarui: 10 November 2019   07:28 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Serombongan kunang-kunang bermunculan. Dari sorot mata seorang perempuan yang menari di tempias hujan. Pada suatu malam yang kehilangan langitnya. Pada suatu ketika yang kehabisan waktunya.

Padang ilalang sengaja ditanam. Pada tatapan seorang perempuan yang mengelak dari kemarau panjang. Menghujani dirinya sendiri. Dengan sisa-sisa gerimis. Yang dikumpulkannya dari kesedihan platonis.

Pada pagi ia menyandarkan bahu. Pada kesepian ia menyembunyikan masa lalu. Di kejadian purnama ia menjadi alfa. Entah itu menjadi serigala atau penjaga cahaya.

Seekor kunang-kunang. Menyinggahi mata seorang perempuan yang mendamparkan hatinya di tengah padang ilalang. Dari lengan daunnya yang tajam, perempuan itu menganyam ingatan muram. Pada batangnya yang kusam, perempuan itu menitipkan percikan masa silam.

Seorang perempuan. Mengendarai kunang-kunang. Melintasi padang ilalang. Dalam perjalanan pulang. Menuju rumah tempatnya membesarkan anggrek bulan. Ia akan menyiraminya lagi. Setelah sekian lama membenamkan diri dalam sunyi.

Bogor, 10 Nopember 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun