Hujan menari-nari di pelataran. Mempersembahkan ritme sandyakala dalam irama yang mempertuan kenangan. Pada sebuah orkestra yang sempurna. Ketika semburat senja sengaja melemparkan lirikan mata. Memberi pesan tersirat. Bahwa rindu bisa saja datang salah alamat.
Air yang mengalir pelan. Di antara labirin rerumputan. Adalah melodi paling ritmis. Juga mengalunkan nada paling skeptis. Di tubuh masa silam yang tersisa di beranda. Saat pot-pot bunga menyiarkan lalu lalang berita. Tentang langit yang jatuh cinta. Kepada dunia yang sedang memperbaiki sikapnya.
Kala hujan berhenti berdansa. Aroma malam seketika menguar di udara. Membawa partikel-partikel gelap. Saat fase ratapan perlahan-lahan melindap. Menjadi rahasia terbesar dari asal muasal airmata. Apakah bermula dari robekan besar duka, atau sayatan kecil dari apa yang disebut luka.
Apabila musik yang mengiringi hujan ini berubah sayup. Itu artinya pintu langit mulai tertutup. Pagelaran kelak akan diselesaikan. Ketika awan kembali berkelimpahan hitam. Dan koordinat kemarau telah berhasil dipetakan.
Bogor, 27 Oktober 2019