Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rahasia Terbesar Asal Muasal Air Mata

27 Oktober 2019   19:32 Diperbarui: 27 Oktober 2019   19:39 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hujan menari-nari di pelataran. Mempersembahkan ritme sandyakala dalam irama yang mempertuan kenangan. Pada sebuah orkestra yang sempurna. Ketika semburat senja sengaja melemparkan lirikan mata. Memberi pesan tersirat. Bahwa rindu bisa saja datang salah alamat.

Air yang mengalir pelan. Di antara labirin rerumputan. Adalah melodi paling ritmis. Juga mengalunkan nada paling skeptis. Di tubuh masa silam yang tersisa di beranda. Saat pot-pot bunga menyiarkan lalu lalang berita. Tentang langit yang jatuh cinta. Kepada dunia yang sedang memperbaiki sikapnya.

Kala hujan berhenti berdansa. Aroma malam seketika menguar di udara. Membawa partikel-partikel gelap. Saat fase ratapan perlahan-lahan melindap. Menjadi rahasia terbesar dari asal muasal airmata. Apakah bermula dari robekan besar duka, atau sayatan kecil dari apa yang disebut luka.

Apabila musik yang mengiringi hujan ini berubah sayup. Itu artinya pintu langit mulai tertutup. Pagelaran kelak akan diselesaikan. Ketika awan kembali berkelimpahan hitam. Dan koordinat kemarau telah berhasil dipetakan.

Bogor, 27 Oktober 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun