Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Di Sebuah Ruangan

25 Oktober 2019   14:20 Diperbarui: 25 Oktober 2019   14:22 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di sebuah ruangan. Tempat dulu kenangan ditanam di dinding batu dan lantai kayu. Saat sinar matahari cuma mampu menyusup ragu-ragu. Ditepis cahaya lampu. Bau masa lalu menguar tipis. Bercerita secara ritmis. Kisah-kisah romantis tentang hujan. Pada tahun-tahun ketika negeri ini baru mempunyai halaman belakang.

Halaman depannya? Masih belum dibersihkan. Bergunung tumpukan tulang belulang.

Pada sepertiga sisa hari. Waktu aroma senja masih disembunyikan teluk jakarta. Sebuah ruangan tua, yang dari balik kacanya tergambar mural tak kentara, tentang berapa sesungguhnya usia kota, yang kehilangan beberapa generasi penghuninya, akibat perang dan juga kematian, perlahan mulai disirami cahaya berkelebatan. Dari binar mata yang saling melempar tatapan.

Percakapan mengalir seperti sungai di hulu hutan. Gemericik lirih bersahutan. Menghanyutkan asal usul diam. Ke dalam riuh rendah perbincangan.

Jakarta, 25 Oktober 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun