Di sebuah ruangan. Tempat dulu kenangan ditanam di dinding batu dan lantai kayu. Saat sinar matahari cuma mampu menyusup ragu-ragu. Ditepis cahaya lampu. Bau masa lalu menguar tipis. Bercerita secara ritmis. Kisah-kisah romantis tentang hujan. Pada tahun-tahun ketika negeri ini baru mempunyai halaman belakang.
Halaman depannya? Masih belum dibersihkan. Bergunung tumpukan tulang belulang.
Pada sepertiga sisa hari. Waktu aroma senja masih disembunyikan teluk jakarta. Sebuah ruangan tua, yang dari balik kacanya tergambar mural tak kentara, tentang berapa sesungguhnya usia kota, yang kehilangan beberapa generasi penghuninya, akibat perang dan juga kematian, perlahan mulai disirami cahaya berkelebatan. Dari binar mata yang saling melempar tatapan.
Percakapan mengalir seperti sungai di hulu hutan. Gemericik lirih bersahutan. Menghanyutkan asal usul diam. Ke dalam riuh rendah perbincangan.
Jakarta, 25 Oktober 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H