Aku ingin menadah sisa gerimis beberapa bulan lalu
Merebusnya di cawan yang sangat kemarau
Lalu membuatkanmu secangkir teh pahit
Agar kau bisa melupakan rasa dirundung sakitnya langit
Puzzle masa lalu bergantian
Bertamu
Tanpa mengetuk pintu
Tiba-tiba saja berkisah tentang rindu
Masa ketika kita saling mengikatkan tali sepatu
Malam yang sangat pekat mencoba mengumpulkan banyak sekali awan
Memburu jejak-jejak hujan
Panas di mana-mana
Adalah pertanda kesabaran sedang menyelesaikan tapa brata
Menjumpai masa lalu
Tanpa satupun suguhan cerita tentang beranda yang gagu
Membuatmu separuh tersiksa
Aku juga
Karena waktu itu aku ada di sana
Berpura-pura menjadi arca
Di negeri yang buminya habis-habisan digali
Aku menangkap desah angin yang lewat
Dan ia sedikit meratap
; Di mana cahaya lampu ketika gelap terlalu bisu
Di mana masa lalu saat hari ini hati terasa disebari ribuan paku
Lalu kemana perginya masa depan jika kakipun enggan berjalan
Apalagi berlarian
Di sudut keributan
Yang dimulai oleh berkerumunnya lamunan
Aku beranjak menyalakan api
Sementara kau menumpahkan air terakhir yang rencananya untuk segelas kopi
Tanjung Redeb, 29 September 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H