Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Negeri Tulang Belulang (Silva Predonum)

23 September 2019   10:04 Diperbarui: 23 September 2019   11:05 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Desi Suyamto's Properties

Ran menghentikan aktifitasnya. Separuh hatinya mencelos karena merasakan kengerian jika itu tulang temannya. Tapi tulang yang ada ini cuma milik satu orang. Ran mencoba berpikir positif. Temannya 3 orang. Mungkin 2 orang lagi selamat. Atau ini tulang orang lain dan ketiga temannya masih selamat. Tapi masa iya ada orang lain lagi di pulau mengerikan ini?

Ran merasa kepalanya berputar tak karuan ketika memikirkan hal itu. Dia harus fokus! Bukan memikirkan siapa pemilik tulang manusia ini, tapi mencari tahu apa yang telah mengunyah daging mereka dan hanya meninggalkan tulang saja?

Ran mengedarkan pandangan ke sekeliling menyelidiki. Termasuk juga meneliti jejak-jejak binatang di sekitar tumpukan tulang. Tidak ada jejak apa-apa. Lantai hutan bersih. Tiba-tiba mata Ran terantuk pada sesuatu yang aneh, mengejutkan, sekaligus mengerikan.

Pohon raksasa itu mempunyai batang yang sangat besar dan kulit kasar berulir. Di salah satu ulir batang itu terdapat bercak hitam dan hei! Ada sesuatu berwarna putih yang tersangkut di situ. Ran mengambil sebuah ranting lalu mencoba mengambil benda itu dengan hati-hati.

Mata Ran terbelalak hebat setelah mengetahui bahwa benda putih yang tersangkut itu adalah tulang! Tulang manusia! Jantung Ran berdetak cepat. Pikirannya membersit pada satu dugaan.

Dijulurkannya ranting panjang itu ke kulit pohon tempat tulang tadi tersangkut. Kulit pohon ternyata empuk dan tidak keras seperti layaknya kayu. Semakin penasaran, Ran menusukkan ujung ranting yang dipegangnya pada celah uliran batang. Astaga! Ujung ranting itu masuk dengan mudah ke dalam!


Ini gila! Ulir itu bukan lingkaran tahun atau apa. Ulir itu sebuah mulut yang besar! Pohon ini mempunyai mulut!

Ran terjajar mundur ke belakang. Jadi yang memangsa binatang dan manusia ini semua adalah pohon!

Wajah Ran pucat pasi. Ditetapkannya hati untuk melihat ciri-ciri pohon ini dengan teliti. Pohon ini tadi sama sekali tidak bereaksi saat dia menusukkan ranting. Ran paham. Ini siang hari. Itu berarti pohon ini adalah pemangsa nokturnal. Hanya menjadi predator saat malam hari.

Sedikit kelegaan menghampiri Ran. Setidaknya sekarang dia bukan calon mangsa.

Dengan sangat berhati-hati, Ran meneliti ciri-ciri pohon pemangsa ini. Berwarna gelap dengan cabang dan ranting hingga batang paling bawah. Hmm, rupanya cabang dan ranting itulah tangan-tangan pohon untuk menyergap mangsanya. Sekali lagi Ran bergidik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun