Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Transfigurasi Sepi

1 September 2019   17:23 Diperbarui: 1 September 2019   17:26 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pixabay.com

Sembari menyusun ulang formasi bebatuan yang mendekam di kepala, seorang perempuan mentransfigurasi sepi di hatinya melalui kolase warna senja yang berjatuhan di kisi-kisi jendela, memungutinya, lalu menyerbukkannya pada benangsari bunga kamboja.

Kamboja yang mewakili kematian, akan dilepaskannya dari ruh kesepian, melupakan tanah pemakaman, dan berbaur dengan angin yang menarikan kegembiraan. Atas kedatangan hujan.

Kendati hujan hanya jatuh tak seberapa lama, setidaknya sempat membasahi pucuk cemara, mengaliri parit-parit kecil yang terlunta-lunta, dan menerbangkan debu-debu yang menampilkan balada di raut muka.

Raut muka para peratap yang mengerutkan dahi. Memikirkan betapa kemarau yang menggila ternyata lebih murka dibanding Rahwana yang istananya dikerubuti api. Sumur-sumur yang kekeringan, bahkan telah mencapai kedalaman tak diduga. Sedalam bintik buta pada mata.

Mata yang ingin selalu memandang petang. Tidak dengan tatapan gamang. Namun penuh rasa rindu. Anak rembulan akan hadir di situ. Bersisian dengan waktu.

Waktu yang selama ini, hanya membawakannya bongkahan sepi. Sedangkan dia, sudah bosan merasa patah hati.

Bogor, 1 September 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun