Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bait-bait 17, 8, 1, 9, 4, 5

18 Agustus 2019   11:06 Diperbarui: 18 Agustus 2019   11:10 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bait-bait merdeka ini dipersembahkan bagi mereka;
para nelayan, di lautan tenang
pulang melaut dengan senyum berkeranjang-keranjang
para petani, di lautan padi
memunguti ribuan bulir-bulir tunduk berisi
para guru, di lautan murid
menyaksikan mata-mata kecil penuh asa berjilid-jilid
para dokter, di lautan pengabdian
berjalan riang menyusuri jalan setapak pedalaman
para tentara dan polisi, di lautan harga diri
bangsa yang tak lagi merasa rendah diri
para pepohonan, di lautan belantara
tak lagi punya kekhawatiran hutannya tinggal kenangan
sungai dan kali-kali
tak lagi ada kecemasan airnya keruh dan mengandung alkali
gunung dan palung
tak lagi merasa ketakutan lambungnya digali sekehendak hati

Sebab negara ini telah merdeka sepenuh-penuhnya
membesarkan anak-anaknya dengan pendidikan terbaik
merawat setiap rakyatnya yang sakit
memelihara tanah dan airnya sehingga tak menimbulkan rasa pahit
melerai setiap pertengkaran
memadamkan api perselisihan
menegakkan hawa keadilan
membangun setiap jengkal bumi negeri
tanpa membeda-bedakan dengan alasan apapun lagi

Negeri ini adalah taman tempat berkumpulnya dewa-dewi

Mereka menanam bunga-bunga cantik tanpa duri
mereka menumbuhkan pokok-pokok pohon yang tegap berdiri
mereka memindahkan wangi surga ke negeri ini
mereka memenjarakan otak-otak angkara di peti mati
mereka mengajarkan cara menjatuhkan cinta
mereka tidak mengajarkan cara mendulang airmata
mereka mengajarkan cara menyelesaikan duka
mereka tidak mengajarkan bagaimana cara merusak hati dan mata
mereka mengajarkan segalanya tentang kebesaran jiwa

Negeri ini tempat berhimpunnya banyak kebaikan
tabik sapa mengalir bersama udara yang bertebaran
saling menjaga kemuliaan
demi utuhnya persaudaraan

Negeri ini bukan layar televisi
yang gemar mempertontonkan basa basi
negeri ini punya sepasang sayap yang tak bisa patah
mengarungi langit tanpa kenal lelah
lalu mendarat di bumi tanpa sedikitpun helaiannya terpecah belah

Bogor, 17 Agustus 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun