Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ruang Lengang Anak-anak Hujan

15 Agustus 2019   15:01 Diperbarui: 15 Agustus 2019   15:07 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

deras berjatuhan sayap-sayap matahari
beterbangan di atas kota yang tertikam belati
menyerupai debu, hingga menyesakkan paru-paru
menyaru masa lalu, lalu menyayat isi kepala setajam sembilu

orang-orang berdoa secara pantas
agar panas tidak lantas mengupas tuntas sisa-sisa napas
tak ada cukup dedaunan, di pepohonan yang tinggal serupa tulang belulang
untuk berlindung, atau setidaknya menyembunyikan wajah-wajah yang hanya bisa termenung

kaki langit yang tersusun dari banyak keinginan
terlihat diliputi kecemasan
atas tanah-tanah yang memeluk erat padi-padi
dalam keadaan nyaris mati

udara berlaluan dengan muka murung
mencari-cari tempat bernaung
terlalu banyak partikel berbahaya
terutama di seputaran orang-orang putus asa

doa-doa terus memanjati tangga demi tangga
mencoba menemukan ruang-ruang lengang di angkasa
tempat ibunda berahim hujan sedang bertapa
menunggu kelahiran anak-anaknya

dalam waktu tak terlalu lama
ketika sengketa demi sengketa kembali bertegur sapa

Jakarta, 15 Agustus 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun