Isme yang menyusuri punggung pegunungan bukit barisan yang terbaring kokoh seperti ular naga pengawal Sang Saka di seantero Sumatera. Bermula di pantai barat yang dijaga malaikat hingga pesisir timur tempat para nelayan memasang pukat.
Isme yang menggantung di bulir-bulir jagung dan padi di bawah gunung-gunung tinggi yang tegak berdiri memayungi urat nadi pulau Jawa yang tak pernah lelah untuk berlomba lari. Melawan begitu banyak kecemasan karena dunia memberi lusinan pesan tentang kekalutan.
Isme yang membatasi dinding-dinding hutan di negeri Kalimantan. Agar orang utan tidak melarikan diri lalu menjadi asing di perantauan. Juga melindungi anggrek hitam langka yang hanya bisa di temui di Kersik Luway. Taman surga yang bersih dari segala badai.
Isme yang mendaki bukit-bukit yang dipenuhi kopi di negeri Sulawesi. Juga gua-gua kapur yang bersembunyi di tempat sepi namun sanggup menyangga kekuatan harga diri. Sebuah hikayat dahsyat tentang Siri.
Isme yang menyawai tari kecak dan lereng-lereng subak di negeri yang merahimi para leak. Pulau tempat para dewata bercengkrama dan melahirkan legenda demi legenda.
Isme yang mengarungi cadik perahu di sekeliling pulau-pulau Nusa Tenggara. Tempat kemarau dan hujan seringkali berselisih jalan namun tetap saling bertabik sapa di luasnya sabana.
Isme yang berakar di tanah-tanah beta. Tempat para pemuda berteriak sekencang muson barat daya dalam menyanyikan Indonesia Raya. Pulau Maluku yang tak pernah membuat Tuhan jemu. Karena disanalah suku-suku saling berbaur menjadi satu.
Isme yang menutupi tajuk-tajuk lebat hutan purba yang mungkin sisa satu-satunya di dunia yang terus-terusan memenggal lehernya. Di Papua, isme ini menjumpai mambruk yang mempesona, cendrawasih yang anggun bak putri raja, dan merbau perkasa yang kokoh menyangga udara dingin agar tak menjatuhi lembah-lembah tempat orang-orang bersukaria merayakan rasa merdeka.
Indonesianisme. Paham yang membimbing kita pada rute terbaik eskapisme masa lalu, menghindarkan pesimisme masa depan yang seolah membatu, dan skeptisme masa kini yang terlalu mengharu biru.
Jakarta, 13 Agustus 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H