Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Eskapisme Sandyakala

11 Agustus 2019   05:25 Diperbarui: 11 Agustus 2019   05:53 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gagal menyiangi langit
dari rerimbunan awan, yang masih enggan menurunkan hujan
sandyakala kali ini, memilih melarikan diri
ke tempat paling sepi, di ujung bumi

Di antara rasa sesal, dan keringnya asa
sandyakala, menemukan jejak aurora
menari-nari di angkasa, kutub utara
di antara, roman muka langit yang begitu sempurna

Ada kerinduan sesungguhnya
kepada apa yang menjadi haknya
sore hari beraroma melati, atau pelangi terakhir hari ini
jika saja hujan tak terlalu jauh menepi

Ada kesedihan sebenarnya
bila mengingat apa yang telah dihilangkannya
burung-burung penyanyi yang tergesa-gesa ke sarang
dan anak-anak kecil bermain bola dengan riang, yang lalu terburu-buru pulang

Eskapisme sandyakala
adalah kematian sederhana
dari cuaca yang nyaris putus asa, mengendalikan dirinya
karena lubang di langit, terluka menganga
sedangkan bumi, semakin cepat meresponnya dengan duka

Bogor, 11 Agustus 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun