Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ranting Patah

10 Agustus 2019   12:26 Diperbarui: 10 Agustus 2019   12:25 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pixabay.com

sepatah kata, tak jadi patah
sebuah buku mengambilnya
untuk kalimat pembuka
terkadang malah sering jadi penentu, akhir cerita

setiap kata memiliki rahasia
yang hanya diketahui tanda bacanya
apakah sudah tiba untuk memberi makna
atau masih terus-terusan berjeda

hati yang patah, seperti rempah-rempah
aromanya menyengatkan kesendirian, juga mengingatkan akan kesepian
menguar dari berbagai kabar
baik dan buruk yang tak jarang tertukar

sebagian orang menyebutnya takdir
sebagian lagi mengatakan nasib yang terusir
sisanya tak mau berkata apa-apa
hanya menjalaninya, begitu saja

ranting patah, dari dahan kering
adalah filosofi terbaik, tentang pohon yang kehilangan
namun rela memberi, tanah-tanah yang nyaris mati
mata rantai nutrisi

ini bukan masalah cuaca yang semena-mena
namun jelas akibat manusia
yang dengan mudah mengelabuhi retina
dengan membolak-balik perkara, seenaknya

Bogor, 10 Agustus 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun