Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Membicarakan Kenangan dalam Buruknya Ingatan

2 Agustus 2019   17:46 Diperbarui: 2 Agustus 2019   17:47 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pixabay.com

Jika kamu berpikir bahwa mematahkan kenangan itu semudah menyelenggarakan upacara penguburan, maka mulai sekarang kamu harus membetulkan ingatan bagaimana cara memanjatkan doa-doa yang benar saat keranda mulai diturunkan.

Kamu juga mesti paham bahwa mengkafani kenangan itu tidak bisa memakai sekedar kain tenunan, banyak hal yang mesti dipersiapkan. Mulai dari pikiran yang tak boleh terperangkap hening, hingga keinginan yang tak bisa lagi dibiarkan mengering.  

Kamu mengerti banyak tentang betapa kuatnya gelombang kenangan saat hujan, bila kamu tak mau terkena tempiasnya, maka sudah seharusnya kamu menepi ke gua batu. Di situ, kamu hanya mesti menemui pekat. Tanpa perlu takut lagi bersepakat dengan kenangan yang terlanjur memberat.

Kamu mungkin bangga aku telah berhasil kamu lupakan. Tapi kamu lupa, aku bukanlah sejenis kenangan yang mudah dihilangkan. Aku ada. Dan aku akan selalu memberimu pertanda. Melalui jejak-jejak sajak di tanah-tanah yang kamu pijak. Juga melalui puisi-puisi yang aku titipkan pada kolom tinggi letusan gunung berapi.

Ingatlah ini saja. Di saat kita membicarakan kenangan yang hendak kita paksa meninggalkan rongga kepala, buruknya catatan dalam ingatan akan membuat kita tetap baik-baik saja.

Percayalah. Atau menyerah sajalah.

Biarkan saja kenangan itu tumpah. Asalkan tidak sampai patah.

Palangkaraya, 2 Agustus 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun