Sebesar apakah kau berusaha mengurai kerumitan di kepala bahkan ketika pagipun belum membuka mata?
Apakah sebesar keinginan anak manja yang merengek-rengek meminta boneka? Atau,
Sebesar kemauan seorang perempuan yang berharap bisa menyandarkan tangisnya di bahu lelaki yang dicintainya? Atau,
Sebesar kehendak seorang kekasih yang menjerang matahari sebisanya agar kerinduan tetap terhangatkan dengan cara-cara yang lebih dari istimewa?
-----
Kau begitu sibuk mengumpulkan kepingan teka-teki yang kau punguti di perbatasan kenyataan dengan mimpi, sampai-sampai kau lupa menetapkan garis demarkasi di mana kau harus menumpukan kaki.
Di antara kebingungan yang meretas kepalamu ke dalam algoritma memusingkan, kau mencoba memecahkan setiap kesulitan dengan menyediakan sekian banyak rencana.
Rencana pertama, kau tetap berdiri di tempat semula. Memandangi segala hal sebagai kegagalan yang sempurna. Lalu kau bersembunyi di sela-sela takdir. Menghadapi penyesalan tiada akhir.
Rencana kedua, kau mulai berjalan menyusuri banyak pencarian. Kau kelelahan lantas berhenti di satu tempat yang kau kira adalah perhentian. Tapi ternyata itu hanya oase sederhana yang tak bisa menjamu apa-apa. Kau tetap di sana, berharap semua akan baik-baik saja.
Rencana ketiga, kau berlari sekuatnya tanpa berpaling ke belakang. Matamu tertuju pada satu titik yang disebut pulang. Biarpun terkadang terhumbalang, kau abaikan semua jeda yang mengajakmu moksa dan menghilang.
-----
Saat ini, kau menimbang rencana mana yang menjanjikan kepastian agar hatimu selamanya bisa tertambat. Dapat menemui kerinduan yang tepat. Kau tidak terlambat. Pun juga tidak tersesat.
Langkat, 10 Juli 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H