Rencananya malam ini aku duduk di teras depan. Menyaksikan separuh wajah bulan terpekur di serambi langit yang berkelindan. Aku berharap ada di sana. Sehingga mudah bagiku mencarimu ada di mana.
Aku menduga kamu sedang meronce sepi sebagai hiasan bagi pelaminan mimpi. Kamu menyukai anomali sebesar kamu mencintai dirimu sendiri. Kesepian bagimu adalah perayaan, sedangkan kegaduhan menurutmu adalah kecemasan.
Oleh karenanya kamu lebih memilih malam sebagai kawan berbincang. Dibandingkan harus bercakap dengan lautan atau pelabuhan yang selalu bising dengan banyak pernyataan.
Rembulan nyaris padam, tapi aku masih di teras depan. Aku ganti tatapan dengan menggambar lamunan. Cukuplah bagiku saat ini. Karena kau berjarak ribuan mil dari sini.
Lagipula akupun sedang mencoba menikmati anomali sepi.
Langkat, 9 Juli 2019
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI