Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Utopisme Diam

1 Juli 2019   06:00 Diperbarui: 1 Juli 2019   06:19 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam sepi, kau sirami aku dengan belati
aku tahu kau ingin menggugahku
dengan tajamnya peringatan
agar tak tenggelam dalam sinisme masa silam

Di keramaian, kau datang diam-diam
mengendap-endap di halaman belakang
mencoba mengejutkan aku
agar tak terbawa eskapisme waktu

Pada sebuah perbincangan, kau tikam aku dengan runcingnya tanda baca
berikut helaan nafas di antara panjangnya jeda
kau mau aku ikut membacakan
di bagian mana terdapat pasal-pasal tentang episteme pertengkaran

Pagi ini, kau mengumpulkan embun yang belum terlanjur mati
kau menjerangnya di atas tungku
untuk secawan teh pahit
agar aku lebih paham bagaimana sarkasme menghujani langit

Petang nanti, kau berencana menjahit robekan almanak
kau ingin memperbaiki kenangan
menjadi secarik kain tenun
agar aku tak lagi jatuh dalam skeptisme seorang pelanun

Jakarta, 1 Juli 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun