Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pengakuan Mimpi

21 Juni 2019   00:26 Diperbarui: 21 Juni 2019   00:34 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mimpi-mimpi datang mengakui
selama ini telah menipu berulangkali
menyediakan banyak harapan
dan menyodorkan kemungkinan demi kemungkinan
tapi ternyata
itu semua tak lebih dari trauma khayalan
dibawa serta pada tidur yang kebanyakan berkelindan

Harapan sesungguhnya tak lebih dari nuansa hologram
berbentuk bayangan
yang mengejar saat matahari telah naik tinggi
saat senja tiba, semuanya berhenti
mengulang lagi sedari mula
dan terbentuk lagi di kala pagi buta

Begitu seterusnya
sehingga kita percaya
esok selalu menunggu dengan segala kebaikannya
lantas kita lupa meyakini
kenyataan dengan mudah bisa menghakimi
mimpi-mimpi diadili
dihukum mati
tapi hidup lagi

Sebagian besar dari kita
berhenti berharap
ketika mimpi tak lagi singgah menetap
menjalani hidup secara semenjana
dengan cara tidur paling sederhana
berdoa, terlelap, dan terjaga
tanpa mimpi sama sekali di antaranya

Sampit, 19 Juni 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun